Hari
berganti hari tak terasa kini Rani duduk dibangku kelas 8B, begitu juga dengan
Maha. Rani tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya. Rani berusaha mencari tahu mengapa ia bisa
berubah, ketakutannya kepada laki – laki berubah menjadi keberanian tapi kenapa
hanya kepada satu orang yaitu Maha?. Apalagi setelah ujian kenaikan kelas, Maha
dan Rani berada di kelas yang berbeda saat ujian, hal ini membuat Rani
merasakan ada yang hilang dan ada yang kurang.
Tetapi Rani tetap menyangkal perasaannya kepada Maha, Ia masih tidak
percaya bahwa ia telah jatuh cinta dengan Maha.
Seperti biasa, pagi – pagi sekali
Rani sudah duduk sambil membaca – baca buku di bangku paling depan, sesekali ia
melihat kearah parkiran, sepertinya ia tidak sadar jika setiap pagi Rani selalu
menunggu kedatangan Maha. Senyumpun mengambang diwajahnya setelah melihat sosok
yang ditunggunya telah datang. Rani hanya bisa terdiam melihat Maha melintas
dihadapannya, seakan mulut ini terbungkam saat melihatnya. Tetapi tidak lama
kemudian Maha menghampiri Rani.
Maha
: “Lagi baca apa sih Ran, serius amat ?”
Rani
: “Oh ini, Cuma mastikan aja, PR B.Indonesia kemaren masih ada yang salah gak?”
Maha
: “Oh gitu, Eh Ran, kelas sebelah udah ada tugas bikin drama Ran dari Bu.
Endang, Kok kelas kita belum yaa?”
Rani
: “Ya mungkin nanti Ha, kan jadwal kita B.Indonesia baru hari ini ! kenapa
emang ?”
Maha
: “Gag sabar aja, pasti seru kalo ada tugas bikin drama ! nanti kalo misalnya
ada, kamu satu kelompok sama aku ya..!”
Mendengar
jawaban dari Maha jantung Rani seakan mau copot, pikirannya sudah mulai kemana
– mana, senang pastinya, tapi apakah ia bisa berhadapan dengan Maha dalam
sebuah drama? Bagaiman kalo ia tidak dapat mengontrol perasaannya?
Maha : “Ran, gimana ? malah bengong!”
Maha : “Ran, gimana ? malah bengong!”
Rani
menjawab pertanyaan Maha hanya dengan senyuman.
Maha
: “Tu kan, lagi – lagi tersenyum, Kalo kamu senyum berarti aku anggap
jawabannya adalah ‘YA’, pokoknya nanti aku sama kamu.”
Ternyata benar, Bu Endang memberi
tugas membuat drama, kali ini tidak seperti tahun kemaren yang masih ada Icha,
Tia dan Okta. Okta sudah pindah ke Bekasi sedang Rani sudah lama tidak
sepemikiran lagi dengan Tia dan Icha. Kali ini Rani satu kelompok bersama Maha, Ami, Astri, Adi dan Tio. Bukan
hanya di kelompok B.Indonesia saja, bahkan mereka sering belajar bersama kadang
di ruman Ami, kadang di rumah Maha, dan kadangpula di rumah Rani. Maha yang duduk di belakang Rani menepuk
pundak Rani, seolah – olah mengingatkan Rani untuk memasukkan Maha kedalam
kelompoknya. Kehangatan tangan Maha saat menepuk pundak Rani seakan membuat Rani
mengerti maksud Maha, tapi Rani malah menepuk pundak Maha dengan penggaris
setelah Bu.Endang keluar dari kelas.
Ami :
“Sudah..sudah, kalian ini selu berantem aja,,!” tegas Ami kepada Maha dan Rani
Astri
: “Ran benci itu tidak jauh dari cinta lo” Astri mengingatkan Rani.
Bel istirahat berbunyi, Maha, Adi
dan Tio keluar kelas. Sedang Ami, Astrid an Rani masih didalam kelas,
membicarakan drama apa yang nanti akan mereka buat.
Rani
: “Aku punya ide, tapi ntar kalian yang bikin dialognya gimana?”
Ami :
“Gampang, emangnya idenya gimana?”
Rani
: “Jadi gini , kita kan berenam berarti harus melibatkan 6 tokoh, 2 tokoh
utama, tapi ntar ada yang peran dobel soalnya dramanya pake alur maju gimana?”
Astri
: “Kalo aku sih ok..ok aja,trus dramanya tentang apa nih?”
Rani
: “Kita bikinnya kayak yang di TV aja, Cuma mungkin ada beda dikit. Ceritanya
tentang cinta pertama seseorang pelayan restoran denga anak orang kaya gimana?
Ntar aku tulis sinopsisnya, kalian yang bikin scenarionya?!”
Ami :
“Ya udah kita bahas nanti lagi, istirahat yuk,, laper nih..!”
Dalam perjalan ke kantin Rani
memikirkan cerita drama yang akan ia tampilkan. Rani berharap teman – temannya
mengerti keinginan Rani, Rani ingin menjadi Tokoh utama dengan Maha yang
mempunyai cinta pertama namun karena keadaan dan tuntutan orang tua mereka
harus berpisah. Meskipun berpisah tapi akhirnya mereka bertemu lagi dengan sisa
– sisa cinta pertama mereka. Sepanjang
perjalanan Rani senyum – senyum sendiri sambil mambayangkan bagaimana drama
nanti jadinya. Tapi tiba – tiba senyumnya terhenti saat melihat Maha yang
berdiri tepat di depannya.
Rani
: “Astagfirullah,, kamu ini bikin kaget aku aja.., bisa minggir gak, aku mau
lewat nih,,,”
Maha
: “Lewat situ kan bisa..!”
Rani
pun melangkah selangkah ke kanan, tapi Maha malah mengikuti Rani selangkah ke
kanan. Ranipun gugup bila harus berdiri berhadapan dengan Maha. Untuk menutupi
perasaannya, Rani marah. Tetapi sebenarnya Rani merasa sangat senang.
Rani
: “Sengaja ya, minggir gak, kalo gak minggir kamu gak bisa satu kelompok drama
sama aku.” Ancam Rani kepada Maha, meskipun ia sebenarnya tidak ingin Maha
bergabing dengan kelompok lain.
Maha
: “Silahkan tuan Ratu…!” begitu sapa Maha sambil membungkukkan badannya.
Seketika
pipi Rani memerah. Dan berlari menyusul Astri dan Ami di kantin.
Ami :
“Lama banget, kemana aja?” tanya Ami kepada Rani
Rani
: “Biasa, si Maha lagi jahil lagi, sebel deh, kenapa gitu sehari saja gak
kejahillin aku bisa gak?”
Ami :
“Tapi kamu suka kan di jahilin ma Maha?” bisik Ami kepada Rani.
Rani
: “Kamu nih, mulai deh, mana ada orang yang suka dijahilin setiap hari!”
Astri
: “Dia kali yang suka ma kamu Ran ?”
Rani
: “Ini lagi malah yang nggak – nggak, mana mungkin Maha suka ma aku!”
Ami :
“Iya bener tuh, buktinya aja sebelum kita gabung satu kelompok sama kamu, kamu
udah satu kelompok sama dia kan? Udah gitu setiap ada tugas dia selalu sama
kamu, dia ngejahilin kamu tuh buat cari perhatian ke kamu ja..!”
Rani
: “Tapikan gak gitu juga kali Mi, yang ada aku malah tersiksa..!”
Rani
minum teh dan hatinya berkata memang benar – benar menyiksa, hati ini selalu
bedebar lebih kencang saat menatapnya, saat berdiri didepannya, ada apa
sebenarnya denganku? Aku belum pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang.
Astri
: “Mi , ntar bahas dramanya dirumahmu aja ya!”
Ami :
“Ya , jam berpa?”
Rani
: “Jangan malam – malam, aku gak berani pulang sendiri .!”
Astri
: “Kan ada Maha yang selalu siap temeni kamu pulang?”
Rani
: “Gak ah, gak enak ma dia.”
Ami :
“Ya udah jam 3 sore aja, hari ini kan kita pulang siang, jadi bisa negrjakan
sorenya, tapi giman Ran sinopsisnya ?”
Rani
: “Beres..!”
Bel sekolah berbunyi tanda pelajaran
hari ini sudah selesai, Ami membertahu Maha, Adi dan Tio untuk berkumpul di
rumah Ami jam 3 sore. Seperti biasa mereka berkumpul di rumah Ami, hanya Rani
yang datang lebih awal, Rani menceritakan semua yang terjadi padanya hari ini,
termasuk apa yang ia rasakan kepada Maha.
Ami :
“Udahlah Ran akui aja, kamu suka kan ma Maha, jangan bohongi hati kamu
sendiri?”
Rani
: “Gak tau juga Mi, aku masih gak yakin sama apa yang aku rasain! Biar waktu
aja yang menjawab semuanya.”
Belum selesai curhat, Maha, Adi dan
Tio datang, disusul Astri. Ami menyiapkan es jeruk dan camilan untuk teman –
temanya. Rani sibuk membaca sinopsisnya.
Maha
: “Apa tu Ran,, pinjam Ran..” Maha mengambil kertas yang tengah di baca Rani.
Rani
: “Kamu nih gak sopan deh, gak lihat ya kalo masih saya baca..!”
Kemuadian
Rani membagikan fotocopian sinopsisnya kepada teman – temannya.
Maha
: “Belum ada judulnya ya ?”
Rani
: “Iya ini masih sinopsis saja, nanti kalian bikin scenarionya, sekalian
judulnya !”
Ami :
“Ini tentang cinta pertama ya?”
Rani
: “Iya, jadi ceritanya ada gadis remaja yang putus sekolah katakan saja namanya
Wulan. Demi kelangsungan hidupnya ia harus bekerja karena dia hidup sebatang kara.
Suatu ketika tidak sengaja Wulan bertemu dengan pemuda anak orang kaya sebut
saja namanya Farel, dan Farel jatuh cinta pada Wulan, dan ini pertama kalinya
Farel tertarik pada perempuan, tapi
karena Wulan miskin orang tua Farel yang kaya tadi melarang Farel bergaul dengan Wulan apalagi sampai jatuh cinta. Orang tua Farel
takut kalau pergaulannya dengan Wulan akan mengganggu pendidikannya Farel,
apalagi Farel akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Tapi Farel tidak bisa
meninggalkan Wulan. Semakin hari rasa cinta Farel kepada Wulan semakin kuat.
Menyadari hal itu, orang tua Farel mengirim Farel ke Jerman utnuk melanjutkan
pendidikannya disana. Begitu dengan Wulang dipaksa oleh ibunya Farel untuk
meninggalkan Farel dan pergi jauh dari Farel. Tapi setelah beberapa tahun
kemudian Farel bertemu Wulan yang telah berubah. Kini Wulan menjadi direktur
sebuah perusahaan dari mertuanya. Suami Wulan meninggal saat Kevin (anak Wulan)
masih berusia 1 tahun. Meskipun Wulan
tetah memiliki kehidupan baru, Farel tetap menyimpan rasa kepada Wulan, begitu
juga dengan Wulan yang selalu ada nama
Farel dalam hatinya. Orang tua Farelpun akhirnya sadar, bahwa kekayaan bukanlah
segalanya setelah ia mengalami kecelakaan dan meminta maaf kepada Wulan. Kali
ini Ibu Farel tidak akan melakukan kesalahan lagi, ia akhirnya merestui
hubungan Wulan dan Farel utnuk menikah.” Rani menjelaskan panjang lebar
sinopsisnya kepada teman- temannya.
Tio :
“Sebetulnya ceritanya terlalu familiar, tetapi karena kita hanya punya waktu
dua minggu, ya udah aku setuju pake ini.”
Adi :
“Gak jelek juga kok ceritanya, tergantung kita nanti gimana menampilkannya.”
Maha
: “Judulnya ‘First Love Forever ‘ aja biar keren gitu..!”
Astri
: “Mentang mentag jago B.Inggris.”
Ami:
“Ya sudah, judulnya First Love Forever. Aku yang nentukan tokohnya dan gak
boleh ada yang protes.”
Karena Ami mengetahui perasaan Rani
kepada Maha, Ami memtuskan Maha jadi Farel dan Rani jadi Wulan. Adi jadi temen
Wulan dan Farel ketika jadi pelayan di restoran dan juga berperan sebagai Farel
dewasa, dan Ami sama Tio jadi orang tua Farel. Dan Astri jadi narrator sama
jadi Wulan dewasa. Dan yang jadi Kevin adalah Maha. Mendengar keputusan Ami,
Rani sangat senang sekali. Dan yang lainnya mengikuti. Tidak terasa hari mulai
gelap. Rani pamit kepada teman –
temannya untuk pulang duluan, belum jauh Rani dalam perjalanan tiba – tiba Maha
menyusul dari belakang.
Maha
: “Ran, udah adzan nih, sholat dulu yuk, di depan ada Masjid.!”
Karena
tidak bisa menolak ajakan Maha, dan tampaknya sudah waktunya sholat maghrib
Rani berhenti untuk menunaikan sholat berjama’ah begitu juga dengan Maha.
Rani benar – benar bingung dengan
apa yang terjadi padanya? Di hadapan Maha, Rani selalu ingin menjadi yang
terbaik diantara terbaik. Selalu ada bahagia setiap ada Maha. Suaranya,
pandangan matanya selalu menggetarkan hatinya, membuatnya uaranya, pandangan
matanya selalu menggetarkan hatinya, membuatnya berdebar lebih kencang dari
biasanya. Sehari saja tak mendengar suaranya, dunia seakan tiada berpenghuni
kecuali hatinya yang selalu sepi tanpa Maha.
Apakah ini cinta …?